Dari sampah menjadi energi, ratusan warga Balikpapan kini puas memasak tanpa elpiji


BALIKPAPAN, News – Banyak orang meremehkan gunungan sampah. Selain berbau, sampah juga terlihat kotor dan mengaburkan pandangan.

Tapi siapa sangka, tumpukan sampah kotor ini justru menghasilkan energi yang bermanfaat bagi masyarakat sekitar.

Begitu saja. apa yang dilakukan UPTD TPA Manggar, Balikpapan Timur dengan Pertamina Hulu Mahakam (PHM). Mereka memanfaatkan timbunan sampah di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Manggar menjadi gas metana.

Program ini disebut Waste to Energy for Community, atau disingkat Wasteco.

Kepala Humas dan CID PHM Frans Alexander A. Hukom mengatakan bahwa timbunan sampah di TPA Manggar menghasilkan gas metana.

UPT dan PHM kemudian melepaskan gas dari pipa dan mendistribusikannya ke masyarakat sekitar.

“Awalnya kami melihat ada sumber gas dari gas landfill yang bisa digunakan untuk kebutuhan masyarakat. Maka bersama UPTD TPA Manggar kami berinisiatif untuk mengalirkan gas ke masyarakat sekitar,” kata Frans Alexander dari TPA Manggar, Jumat (22/7/2022).

Inovasi ini dimulai pada tahun 2016 Jumlahnya sampah masih sedikit karena jumlah sampah di TPA tidak begitu besar.

Seiring berjalannya waktu, tujuh zona pembuangan sampah di TPA secara bertahap akan terisi.

'Nah , pada tahun 2018 kami mulai Menangkap gas, metana langsung dari TPA. Hal ini juga meningkatkan jumlah gas yang diperoleh kembali,” jelas Kepala UPTD TPA Manggar, Haryanto.

Jumlah gas juga meningkat dari tahun ke tahun, karena TPA Manggar menghasilkan limbah. Berdasarkan data, ada 215 keluarga yang menggunakan pembangkit gas metana hingga akhir tahun 2021.

“Pada tahun 2021 total ada 215 keluarga, jadi target tahun ini 300 keluarga. Sampai Juni lalu, sudah tersambung 277 KK, kalau sudah 300 kita optimistis,' katanya. Biaya tersebut digunakan untuk biaya perawatan.

Total biaya bulanan untuk perawatan pipa dan perbaikan jaringan sekitar Rp1,5 juta.

“Kami tidak ingin menaikkan biaya karena sederhana sebenarnya.. hanya memperbaiki pipa dan itu paling banyak 1,5 juta rupee sebulan. Kalau ada lagi, uangnya akan digunakan untuk kegiatan lain,” ujarnya.

Menurut Haryanto, inovasi gas metan ini sangat membantu masyarakat sekitar mengurangi beban belanja. dari tabung elpiji.

Bahkan banyak orang yang menggunakan inovasi ini tidak lagi menjadikan LPG sebagai kebutuhan utama mereka saat memasak.

“Di sini sudah menjadi pilihan utama warga. Karena jika ada kerusakan sekecil apa pun, para wanita di grup (WhatsApp) itu melontarkan pertanyaan dengan lantang. Di satu sisi, penggunaan gas metana bisa tidak terbatas setiap saat. Menurut warga sekitar, panas yang dihasilkan sangat bagus,” pungkasnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Terima Permintaan Anggota, Kemenkop UKM Tunda RAT Online KSP Indosurya

Ritual Jamas Pusaka di bulan Suro, menurut pemerhati keris di Salatiga

Untuk memperingati malam Suro, warga Desa Sindurjan, Purworejo, menggelar pawai traktor padi